Hukum Memakai Gigi Emas Dan Berhias Dengannya
Memakai emas jelas bagi laki-laki jelas haram hukumnya bagi laki-laki. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,
أحل الذهب والحرير لإناث أمتي، وحرم على ذكورها
“Emas dan sutra dihalalkan bagi umatku yang wanita, namun haram bagi lelakinya”[1]
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga pernah bertemu seorang lelaki yang memakai cincin emas di tangannya. Beliau mencabut cincin tersebut lalu melemparnya, kemudian bersabda,
يعمد أحدكم إلى جمرة من نار فيضعها في يده
“Seseorang dari kalian telah sengaja mengambil bara api neraka dengan meletakkan di tangannya”[2]
Namun bagaimana jika ingin gigi terlepas dan salah satu penggantinya adalah gigi yang terbuat dari emas?
Jawabannya adalah Boleh jika ada udzur dan jika tidak ada pengganti yang lainnya.
Sebagaimana hadits berikut,
قُطِعَ أَنْفُهُ يَوْمَ الْكُلَابِ، فَاتَّخَذَ أَنْفًا مِنْ وَرِقٍ، فَأَنْتَنَ عَلَيْهِ، فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاتَّخَذَ أَنْفًا مِنْ ذَهَبٍ
“(Arjafah bin As’ad)hidungnya terpotong di hari peperangan Al-Kullab, maka dia membuat hidung dari daun namun daun itu berbau dan mengganggu dirinya, maka Nabi memerintahkannya untuk mengganti dengan yang terbuat dari emas.”[3]
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,
وأما قول المصنف: إن اضطر إلى الذهب جاز استعماله فمتفق عليه, وقال أصحابنا: فيباح له الأنف والسن من الذهب ومن الفضة, وكذا شد السن العليلة بذهب وفضة جائز
“Adapun perkataan penulis, ‘jika terpaksa menggunakan emas maka boleh digunakan’, maka (pendapat ini) disepakati (oleh ulama). Para ulama mazhab kami (Syafi’iyyah) berkata, ’diperbolehkan baginya hidung dan gigi dari emas dan perak’. Demikian juga mengikat (menambal) gigi yang sakit dengan emas dan perak, hukumnya boleh”[4]
Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah ditanya,
س: ما حكم وضع سن ذهب أو وضع شيء من الذهب في الأنف ؟ وهل تزال بعد الموت؟
Apa hukum memakai gigi emas atau memakai sesuatu dari emas di hidung? Apakah harus dihilangkan ketika meninggal?
Beliau menjawab,
ج: ورد في (( حديث عرفجة أنه قطع أنفه في الجهاد، فاتخذ أنفا من فضة، فأنتن عليه، فرخص له رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يتخذ أنفا من ذهب )) ومعناه أن يصنع له موضع الأنف المقطوع مثله من الذهب لئلا يقبح منظره بدون أنف وليتم خلقه، وكذا يجوز اتخاذ الأسنان من ذهب، فقد ورد عن بعض الصحابة أنهم ربطوا أسنانهم بأشرطة من ذهب، وذلك عند الحاجة، إذا لم يصلح له السن من ورق أو عظم أو نحوه، ثم بعد الموت يجوز أخذها من الفم والأنف إن لم يشق ذلك، فإن خيف تشوه الخلقة بأن يبقى الفم مفتوحا ونحوه جاز تركه، والله أعلم.
Terdapat hadits ‘Arjafah bahwasanya ia terpotong hidungnya ketika berjihad maka ia memakai hidung buatan dari perak kemudian membusuk maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan rukhsah (keringanan) agar memakai hidung buatan dari emas. Maknanya adalah ia membuat dari emas untuk menutupi bagian-bagian hidung yang terpotong agar tidak merusak penampilannya. Demikian juga boleh membuat gigi buatan dari emas. Terdapat riwayat dari sahabat bahwa mereka mengikat gigi mereka dengan pita dari emas. Hal tersebut ketika ada kebutuhan. Jika tidak layak baginya gigi dari daun atau tulang atau sejenisnya.
Adapun ketika meninggal maka boleh mengambilnya dari mulut atau hidung (si mayit) jika tidak merusak/merobek (jasad mayit), jika dikhawatirkan akan merusak jasad misalnya menyebabkan mulut menjadi terbuka (terus menerus) dan sejenisnya maka boleh meninggalkannya (emas di jasad mayit). Wallahu a’lam.[5]
Boleh wanita berhias dengan gigi emas asalkan bukan termasuk pemborosan harta
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utasimin rahimahullah berkata,
الأسنان الذهبية لا يجوز تركيبها للرجال إلا لضرورة ، لأن الرجل يحرم عليه لبس الذهب والتحلي به . وأما للمرأة فإذا جرت عادة النساء أن تتحلى بأسنان الذهب فلا حرج عليها في ذلك ، فلها أن تكسو أسنانها ذهباً ، إذا كان هذا مما جرت العادة بالتجمل به ، ولم يكن إسرافاً
“Gigi dari emas tidak boleh dipakai oleh laki-laki kecuali darurat, karena laki-laki haram baginya memakai emas dan berhias dengannya. Adapun wanita maka jika telah terbiasa adat bagi wanita berhias dengan gigi dari emas maka tidak mengapa. Boleh bagi mereka memakai gigi dari emas jika telah terbiasa adat berhias dengan emas dan bukan termasuk membuang-buang harta.”[6]
Dan tentu saja berhias untuk suaminya bukan untuk laki-laki yang bukan mahramnya.
Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid
29 Shafar 1434 H
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Artikel asli: https://muslimafiyah.com/hukum-memakai-gigi-emas-dan-berhias-dengannya.html